Yogyakarta (SDPPI) - Tantangan Ditjen SDPPI Kemkominfo kedepan dalam pengelolaan spektrum frekuensi radio semakin berat seiring dengan perkembangan pesat berangkat teknologi informasi dan industri telekomunikasi.
Hal itu disampaikan oleh Plt Dirjen SDPPI Basuki Yusuf Iskandar dalam sambutannya ketika membuka Lokakarya Ditjen SDPPI 2016 bertema "Sinergitas Pengelolaan Spektrum Frekuensi Radio di Lingkungan Ditjen SDPPI Dalam Rangka Mendukung Konektivitas Pita Lebar di Yogyakarta, Rabu (25/5).
Menurut Basuki, pengelolaan spektrum frekuensi radio kedepan semakin krusial mengingat pesatnya pertumbuhan kebutuhan bandwidth menyusul tumbuh pesatnya layanan online, komunikasi selular，masalah big data, juga Internet of Thing (IoT).
Dalam komunikasi selular, perkembangan perangkat dari hanya feature phone menjadi ponsel pintar juga mempengaruhi kebutuhan bandwidth, sekitar 24 kali dibanding ponsel konvensional.
Sementara dalam bidang layanan online, termasuk e-commerce juga membutuhkan bandwidth yang besar untuk bisa berkembang, meskipun di Indonesia sekarang e-commerce porsinya baru sekitar 1 persen, masih jauh dibanding Singupura yang sudah mencapai hampir 30 persen.
Oleh karena itu, menurut Basuki, dalam mengelola SFR Ditjen SDPPI tidak cukup hanya melakukan valuasi atau pricing dari nilai pemanfaatan spektrum frekuensi, tapi juga alokasinya dengan memperhatikan kepentingan masyarakat dan industri.
Basuki mengatakan, peningkatan infrastruktur komunikasi untuk mengimplementasikan komunikasi broadband (pita lebar) tidak bisa dihindari untuk meningkatkan saya saing bangsa.
"Inilah pentingnya teknologi komunikasi 3G, 4G, dan yang sedang kita riset 5G sehingga kita bisa survive dalam era perdagangan bebas nanti," katanya sebelum membuka lokakarya Ditjen SDPPI.
Lokakarya di Yogyakarta kali ini diikuti seluruh direkorat dan unit pelaksana teknis (UPT) di lingkungan Ditjen SDPPI.
(Sumber/Photo: Setditjen SDPPI)
