Percepatan 5G di Indonesia Tergantung Tiga Hal Ini

Dirjen SDPPI bersama pengurus MASTEL berfoto bersama dalam kegiatan Mastel 5G Summit 2022, Kamis (24/11/2022).

Jakarta (SDPPI) – Ada tiga hal utama agar percepatan penggelaran 5G di Indonesia dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Yakni, ketersediaan spektrum frekuensi radio, modernisasi jaringan (network), dan fiberisasi.

“Setidaknya kita harus melakukan ketiga hal itu secara simultan dan tidak perlu menunggu,” tegas Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI) Ismail dalam sambutannya pada Mastel 5G Summit 2022, Kamis (24/11/2022).

Pertama, spektrum frekuensi radio diperlukan yang sangat lebar untuk kebutuhan coverage di band frekuensi yang rendah atau kapasitas band di frekuensi medium, milimeter wave band di frekuensi tinggi untuk daerah-daerah yang membutuhkan crowd sistem atau untuk fix wireless.

Kedua, modernisasi network perlu dilakukan oleh operator seluler, karena nantinya membangun 5G dengan metode non stand alone. Artinya, para operator bisa memanfaatkan core system secara bersama-sama.

Hal yang ketiga adalah fiberisasi, sebab tanpa fiber optik yang terhubung dengan baik, apakah itu antar NOC maupun antar BTS, teknologi komunikasi 5G tidak akan berjalan maksimal. Apalagi kalau masih banyak menggunakan keterhubungan microwavelink di antara jaringan yang dimanfaatkan oleh penyelenggara seluler, khususnya antar BTS. Fiberisasi bukan pekerjaan mudah, karena membutuhkan waktu dan biaya yang tidak ringan.

Ketiga hal di atas terkait pada upaya perencanaan yang terpadu antara masing-masing penyelenggara seluler telekomunikasi. Efisiensi menjadi kata kunci dalam waktu singkat untuk mendorong peningkatan revenue penyelenggara seluler dalam pembangunan 5G di Indonesia. “Apabila kita berhasil menjalankan tiga isu ini dengan baik, saya yakin pembangunan 5G di Indonesia ini bisa berjalan dengan efektif dan efisien,” kata Ismail.

Ia menegaskan Indonesia membutuhkan 5G untuk menggantikan 4G. Berkembangnya teknologi 5G adalah momentum revolusi dalam infrastruktur seluler di Indonesia, karena pemanfaatannya yang tidak hanya sekadar mendorong peningkatan speed mobile broadband, tapi juga mendorong atau menghasilkan suatu usecase baru.

Mengingat kebutuhan investasi yang besar untuk implementasikan 5G, banyak hal yang perlu dipikirkan. “Suatu hal yang wajar menurut saya, pada setiap memulai sebuah perubahan, maka dari itu perlu ada proses risk mitigation dan kehati-hatian, benar bahwa 5G sebagai solusi bagi masyarakat,” tutup Dirjen SDPPI.

Sumber/ Foto : Fandi R (Setditjen)

Banner `Layanan Ditjen SDPPI`
Banner `SDPPI Digital Assitant`
Banner `SDPPI Maps`
Banner `IFaS Fest 2023`